Monday 11 January 2016

Penyakit pada Tanaman Padi

Penyakit pada Tanaman Padi

  • PENYAKIT BLAS



Penyakit blast telah dikenal di semua negara penghasil padi dunia dan dianggap sebagai penyakit terpenting. Di Indonesia penyakit blast pertama kali dilaporkan oleh Rutgers pada tahun 1913 di Jawa Timur. Penyakit ini terdapat terutama pada pertanaman yang subur sehingga usaha intensifikasi padi justru dapat meningkatkan insiden penyakit ini.

  • Gejala Penyakit

Gejala penyakit blast dapat muncul pada daun, batang, malai, bulir padi. Bercak pada daun (leaf blas) berbentuk belah ketupat, awalnya hijau keabu-abuan kemudian putih dan akhirnya abu-abu dengan bagian tepi berwarna coklat atau coklat kemerahan. Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung keadaan lingkungan, umur bercak, ketahanan padi.

Pada gejala busuk leher (neck blast) tangkai malai busuk dan patah. Pada malai mengalami hampa karena penyakit terjadi sebelum masa pengisian bulir. Busuk juga dapat terjadi pada seludang daun dan bercak-bercak kecil pada bulir padi

  • Penyebab Penyakit

Disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae (fase aseksual) atau Magnaporthe grisea (fase sempurna). Mempunyai konidiofora bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu, membentuk konidium pada ujungnya. Konidium berbentuk buah alpokat, bersel tiga, hialin, 1 – 20 konidia per konidiofora. Terdapat banyak (lebih dari 260) ras fisiologi yang berbeda virulensinya dan mudah bermutasi yang menyebabkan tahan terhadap fungisida. Patogen ini mengeluarkan beberapa jenis toksin (misalnya picolinic acid, pyricularin, pyriculol, tenuazonic acid) yang mematikan sel tanaman sehingga termasuk patogen non abligat.

  • Siklus Penyakit

Penularan terutama terjadi dengan kodinia yang dapat dipencarkan jauh oleh angin, terutama malam hari atau siang hari sehabis turun hujanKonidium lepas bila kelembaban udara lebih dari 90% secara ekplosif karena pecahnya sel kecil di bawah konidium akibat tekanan osmotik.

Tersapat cairan bahan pelengket pada permukaan inang dikeluarkan di ujung konidia. Konidia berkecambah, penetrasi kutikula inang dengan apresorium. Bila Infeksi berhasil maka akan muncul gejala dengan sporulasi (12 hari) sehingga bersifat polisiklik. Patogen bertahan sebagai konidia atau miselium pada biji, sisa tanaman dan gulma (famili Graminea: Panicum repens, Pennisetum purpureum, Setaria italica, Eleusine indica)

  • Faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Kelebihan nitrogen dan/atau kekurangan air (mis: padi gogo) menambah kerentanan tanaman. Kedua faktor ini menyebabkan berkurangnya kandungan silikat jaringan tananaman. Keberhasilan infeksi dipengaruhi oleh lamanya daun basah akibatembun pagi. Padi gogo lebih rentan daripada padi sawah. Suhu 25-30C optimum untuk perkecambahan konidia dan pembentukan apresoriu. Masa terentan tanaman terjadi saat batang padi tumbuh memanjang (+ 55 hari). Terdapat perbedaan respon tanaman padi yaitu jenis indica lebih tahan dari pada japonica sehingga padi ketan sangat rentan. Patogen mudah membentuk ras baru mematahkan ketahanan tanaman

  • Pengendalian Penyakit

Pemupukan seimbang, nitrogen tidak berlebihan. Pengairan mencukupi s tress air padi gogo lebih tinggi daripada padi sawah. Pemusnahan sisa tanaman sakit dan gulma. Penggunaan benih sehat yaitu dengan benomil atau tiram, air panas 50C selama 5 menit. Aplikasi fungisida.


PENYAKIT HAWAR BAKTERIA

  • Penyebab Penyakit

Xanthomonas oryzae pv. Oryzae. Diketahui 8 kelompok atau patotipe yang bervariasi dalam virulensi. Patotipe I dan II tidak terdapat di Indonesia. Patotipe III dan IV terdapat di Sulsel, Kalsel, Jawa dan Bali (IV tidak terdapat di Kalsel). Patotipe V hanya di Bali. Patotipe VI – VIII hanya di Jabar

  • Gejala Penyakit

Pada potongan daun sakit bila dicelupkan dalam air bening maka terdapat gumpalan massa bakteri (ooze)

  • Siklus Penyakit

Bakteri dapat bertahan pada tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania latifolia, Leptochloa chinensis, Cyperus rotundis). Bakteri dalam biji padi tidak bertahan lama. Selain itu bakteri dapat hidup dalam air irigasi. Infeksi melalui hidatoda atau luka pada daun dan akar akibat pemotongan ujung bibit dan kerusakan akar akibat dicabut.

  • Faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Kelembaban tinggi, air berlebihan, suhu hangat (25-30C) optimum bagi perkembangan penyakit. Umumnya padi sawah lebih rentan terserang daripada padi gogo. Penyebaran bakteri melalui air irigasi, persinggungan antar tanaman, alat pertanian, hujan angin sehingga insiden penyakit tinggi

  • Pengendalian Penyakit

Penanaman varietas resisten terutama gene-to-gene resistance. Kultur teknis dengan menghindari pemupukan nitrogen berlebihan, penggenangan yang tidak perlu, penyiangan gulma dan tunggul padi. Penggunaan Bakterisida tidak memberikan hasil yang memadai



PENYAKIT TUNGRO

Tungro penting untuk kawasan Asia. Dikenal dengan berbagai nama misalnya Mentek atau Habang (Indonesia), Penyakit Merah (Malaysia), Yellow-orange leaf (Thailand), Waika (Jepang). Kehilangan hasil berkisar antara 10 – 40%

  • Gejala Penyakit

Tungro disebabkan oleh infeksi dua jenis virus: Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV). Sinergisme kedua virus ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tehambat, daun berwarna kuning sampai orange, jumlah anakan berkurang. Infeksi RTBV saja hanya menimbulkan gejala sedang, dan infeksi RTSV saja gajala sangat lemah. Keparahan gejala tergantung dari varietas padi, strain virus, umur tanaman saat terinfeksi dan keadaan lingkungan

  • Penyebab Penyakit

RTBV berpartikel batang 100 – 300 x 30 – 35 nm dan bergenom DNA untai ganda sirkular. Sedangkan RTSV berpatikel bulat dengan diameter 30 nm dan bergenom RNA untai tunggal. Kedua virus dapat ditularkan oleh Nephotettix virescens, N. cincticeps, N. nigropictus, N. parvus, N. malayanus, dan Recilia dorsalis dengan makan akuisisi minimal 30 menit, tidak ada periode laten, makan inokulasi minimal 7 menit, retensi 3-5 hari, non-transtadial. Yang perlu diperhatikan penularan RTBV tergantung pada RTSV, tetapi tidak sebaliknya

  • Siklus Penyakit

Virus dapat menginfeksi tunggul padi sisa panen dan beberapa gulma jenis rumput-rumputan (Dactyloctenium aegyptium, Eleusine indica, Echinochloa colonum, E. crusgalli) Selain itu tunggul pada yang tumbuh dari tanaman terinfeksi juga dapat menjadi sumber inokulum

  • Pengendalian Penyakit

Penanaman serempak varietas padi tahan serangga vektor diikuti dengan pemusnahan tunggul-tunggul padi dan gulma. Pengendalian vektor dengan insektisida



PENYAKIT BERCAK COKLAT

Umum terdapat di negara penghasil padi dunia (tropis dan subtropis). Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh van Breda de Haan pada tahun 1900. Terdapat terutama pada pertanaman yang kurang baik keadaannya (kekurangan air atau unsur hara)

  • Gejala Penyakit

Dapat muncul pada semai, daun, bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3) Pada persemaian bibit yang terinfeksi busuk pada koleoptil, batang dan akar sehingga mati. Gejala pada daun berupa bercak memanjang (oval) bertepi coklat tua dan bagian tengah kuning pucat, kelabu, dan kadang dikelilingi “halo”. Bila terserang berat daun menjadi kering, batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak keluar dari upih. Pada bulir padi hanya sebagian biji pada malai yang terserang; bercak berwarna coklat

  • Penyebab Penyakit

Penyakit disebabkan pleh Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium oryzae. Di atas permukaan bercak, konidiofora menyangga 1-6 konidia. Konidium melengkung, di tengah agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan. Konidium berkecambah dari kedua sel ujung. Cendawan dapat menghasilkan enzim proteolitik penghancurkan dinding sel, dan juga menghasilkan cochliobolin atau opiobolin, yaitu toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu respirasi daun

  • Siklus Penyakit

Miselium dan konidia dapat bertahan dalam biji selama 4 tahun; atau pada jerami atau tanah. Konidia terbawa angin atau benih; tanah terinfestasi; sisa tanaman atau gulma sakit  sumber infeksi primer. (Gulma: Leersia hexandra, Cynodon dactylon, Digitaria sanguinalis, Eleusine indica, E. corona). Konidium berkecambah dari kedua sel ujung, penetrasi epidermis inang dengan/tanpa apresorium, perkecambahan perlu air bebas dan suhu 16-30C/optimum 20-30C. Polycyclic terjadi bila ada infeksi, muncul gejala, sporulasi kemudian konidia menginfeksi tanaman baru, siklus tersebut berulang kembali.

  • Faktor yang Mempen

Ketahanan tanaman berbeda dan berkorelasi garuhi Penyakitdengan ketebalan sel epidermis dan lapisan kutikula, kandungan silikat dalam sel, dan kecepatan akumulasi polifenol saat infeksi. Tanaman padi bertambah rentan semakin bertambahnya umur dan eriode paling rentan saat pembentukan bunga dan buah. Padi yang ditanam di tempat kering (padi gogo) lebih rentan. Hal ini berhubungan dengan kelembaban tanah dan udara. Kelebihan/kekurang nitrogen memperparah penyakit. Selain itu insiden penyakit lebih banyak pada tanaman kekurangan besi, mangan atau kalium.

  • Pengendalian Penyakit

Memperbaiki cara bertanam: pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak. Patogen bertahan dalam tanah sehingga perlu pergiliran tanaman. Sanitasi yaitu eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit. Untuk mengindari terbawa benih perlakuan dengan fungisida atau air panas.



PENYAKIT BUSUK BATANG

Busuk batang (stem rot) pertama kali dideskripsi oleh Cattaneo pada tahun 1876 di Italia. Penyakit telah terdapat di pertanaman padi di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang. Penyakit ini telah terdapat di Indonesia (Ramlan et al. 1985) terutama di Jawa dan Sumatera


  • Gejala Penyakit

Bila fase anakan telah lewat lewat maka gejala awal beupa bercak hitam tidak teratur pada seludang daun di atas garis air sawah. Bila penyakit semakin berkembang maka bercak dapat membesar sehingga patogen menginvasi ke bagian dalam seludangInvasi patogen sampai pada bagian batang. Hal ini menyebabkan bulir tidak berisi bahkan tanaman mati

  • Penyebab Penyakit

Penyakit disebabkan pleh Sclerotium oryzae (fase sclerotium; umum ditemukan), Nakataea sigmoidea (fase konidium) atau Magnaporthe salvinii (peritesium; fase sempurna). Sclerotium banyak dibentuk di permukaan bagian tanaman sakit bulat 2-3 mm berwarna hitam.

  • Siklus Penyakit

Scleorotium pada sisa tanaman atau tanah. Bila dilakukan penggenangan sawah maka sclerotium mengambang ikut aliran air lalu menginfeksi seludang daun lalu gejala muncul dan terjadi sporulasi yang menghasilkan sclerotium kembali dalam jumlah banyak

Infeksi permulaan terjadi karena skerotium membentuk apresorium dan bantalan infeksi. Sporulasi juga membentuk konidia dan askospora yang merupakan inokulum tambahan. Jumlah sclerotium di permukaan tanah menentukan berat/ringan penyakit pada siklus pertama.

  • Faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Kelebihan nitrogen membantu penyakit, tetapi pemberian natrium silikat atau kalium mengurangi penyakit. Adanya luka termasuk luka akibat serangga menambah kerentanan tanaman

  • Pengendalian Penyakit

Diarahkan pada pengelolaan residu sisa tanaman, pemupukan tepat, pemilihan varietas. Pembenaman sisa tanaman dapat menurunkan secara drastis viabilitas sclerotium. Pemupukan nitrogen tidak berlebihan untuk menghindari penurunan ketahan. Penggunaan Varietas tahan dapat menginaktifkan enzyme pendegradasi dinding sel



PENYAKIT KEMBANG API

Penyakit kembang api, yang juga dikenal dengan sebutan Udbatta (bhs. India), telah dilaporkan terdapat di India, China, Vietnam, Hongkong, New Caledonia, dan Afrika Barat. Dapat menyebabkan kerugian yang berat pada daerah yang sudah endemik, tetapi umumnya bersifat sporadis dan tidak terlalu penting. Penyakit ini mungkin sudah lama ada di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 1976 terdapat di Jawa.

  • Gejala Penyakit

Gejala tidak akan tampak sampai fase bunting. Malai yang keluar dari upih daun berndera diliputi oleh miselium cendawan berwarna putih, biji-biji hampa terekat satu sama lain, tegak kaku seperti mummi. Mumifikasi terjadi saat masih terbungkus oleh upih daun bendera, maka malai yang sudah seperti mummi ini tegak lurus tampak seperti kembang api. Patogen membentuk sklerotium hitam pada permukaan kembang api. Daun bendera lebih kecil dari normal kadang berwarna keperakan. Tanaman terinfeksi terhambat pertumbuhannya

  • Penyebab Penyakit

Penyakit disebabkan pleh Ephelis oryzae (stadium sempurnanya disebut Balansia oryzae-sativae). Membentuk stroma putih sampai kelabu menyelubungi permukaan malai. Dalam stroma dibentuk piknidium bulat 1-1,5 mm. Konidiofora bercabang, hialin, berukuran 22-85 x 1-1,4 um. Konidia seperti jarum, bersel satu, hialin, berukuran 12-40 x 1.2-1,5 um.

  • Siklus Penyakit

Patogen menginvasi tanaman secara sistemik dan menginfeksi tanaman saat masih bibit. Infeksi bibit mungkin melalui benih yang membawa patogen. Infeksi oleh konidia juga dapat terjadi melalui bunga. Patogen dapat terbawa biji tetapi tidak dapat bertahan dalam tanah. Cendawan dapat bertahan pada gulma yang umum terdapat di sawah seperti Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, dan Setaria italica.

  • Pengendalian Penyakit

Karena dianggap kurang penting, penyakit ini jarang dikendalikan. Bila diperlukan, pengendalian dapat dilakukan dengan penggunaan benih sehat atau perlakuan benih dengan air hangat (54C selama 10 menit), atau dengan perlakuan benih dengan fungisida.



PENYAKIT STACKBURN

Pertama kali dilaporkan terdapat di Amerika Serikat (Lousiana dan Texas) pada tahun 1916. Saat ini diketahui bahwa penyakit terdapat di banyak negara Asia Tenggara. Di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun1972

  • Gejala Penyakit

Pada daun terjadi bercak oval 3-10 mm, bertepi coklat dengan pusat yang semula berwarna coklat pucat sedikit demi sedikit berubah menjadi putih dengan banyak titik-titik hitam yang terdiri dari sklerotium. Bulir yang terinfeksi berbercak coklat dengan tepi lebih gelap, infeksi dapat sampai ke biji dan menyebabkan biji keriput dan mudah pecah.

  • Penyebab Penyakit

Penyakit disebabkan pleh Alternaria padwickii. Sklerotium bulat berdiameter 50-200 um berwarna hitam. Konidiofora berukuran 3-4 um tumbuh tegak sampai ketinggian 180 um. Konidia berdinding tebal bersekat 3-5, pada sekat agak melekuk, sel kedua atau ketiga lebih besar dari sel lainnya, berukuran 11-20 x 95-170 um (termasuk ekor)

  • Siklus Penyakit

Daur penyakit ini belum banyak diketahui kecuali cendawan mempertahankan diri pada benih dan sisa tanaman sakit, dan mungkin juga di dalam tanah. Di udara konidia lebih banyak terdapat menjelang tengah hari, terutama pada waktu padi mulai masak

  • Pengendalian Penyakit

Belum ditemukan varietas padi yang tahan terhadap stuckburn. Penanaman benih sehat dapat mengurangi insiden penyakit. Perlakuan benih dengan air panas (54C selama 10 menit) atau dengan fungisida (mankozeb, ceresan) cukup efektif mengendalikan penyakit

No comments:

Post a Comment